Daily Archives: 04/01/2015

Kemanapun Kita Naik Motor, Aspal Jalan Tetap Keras

Menyambung tulisan saya beberapa hari yang lalu disini yang mengutarakan tentang salah seorang penunggang Yamaha New Vixion Lightning yang bangga tidak menggunakan helm ketika berangkat bekerja. Hari ini saya terinspirasi dari tulisan Bp. Edo Rusytanto tentang pentingnya penggunaan helm ketika menaiki sepeda motor, walaupun hanya menempuh jarak yang dekat.pakai helm yuk

Ternyata pengendara sepeda motor yang tidak mengenakan helm ketika mengendarai motornya memang bukan selalu berarti dia tidak memahami pentingnya penggunaan helm, tapi banyak yang sebenarnya sudah tahu pentingnya tapi belum tumbuh kesadaran untuk menjaga dirinya. Disinilah ditekankan bahwa butuh kepekaan dan kepedulian untuk mengamalkan pengetahuannyaagar berguna. Ingat, jalan yang kita lalui tetap keras walaupun jarak yang ditempuh hanya dekat.

Kesadaran mengenakan helm karena jarak yang dekat ini ternyata bukan hanya satu-satunya alasan ketika memang jarak yang ditempuh benar-benar dekat. Alasan lain yang lebih kuat ternyata pengendara ini tidak mau diribetkan dengan proses pemakaian helm. Padahal kan tinggal dimasukkan ke kepala dan pasang talinya ya.

image

Kebutuhan terhadap keselamatan diri kita sendiri ternyata memang sudah saatnya ditumbuhkan mulai dari diri kita sendiri tanpa harus menunggu penyuluhan dari pihak berwajib atau bahkan sampai ditilang ketika razia. Jangan sampai kita menggunakan helm hanya gara-gara takut ditiling pak polisi. Kesalahan fatal inilah yang membuat banyak orang enggan menggunakan helm sehingga mengesampingkan fungsi helm yang sebenarnya.

Mari budayakan aman di jalan.

Parkir di Jogja Mahal, Waspadalah

Hati-hati ya lur, bro/sis biaya bayar parkir di Jogja waktu liburan mahal dan tidak sesuai dengan ketentuan. Perihal biaya parkir di Jogja yang mahal ini berawal dari salah satu posting di facebook yang mengeluhkan mahalnya pembayaran parkir yang mencapai Rp. 10.000 rupiah karena platnya plat B di wilayah Gudeg Wijilan. Setelah pemiliknya bilang bahwa beliau rumahnya Bantul, tukang parkir ini hanya menarik Rp. 2.000 saja.

image

Apakah biaya parkir mahal di Jogja ini hanya untuk wisatawan saja?

Tidak lho mas dan mbak, setelah saya buka grup facebook Info Cegatan Jogja aka IJC banyak sekali keluhan terhadap kondisi parkir di Jogja. Yuk cekidot satu persatu.

image

Bapak ini mengajak ponakan-ponakannya ke acara sekaten di alun-alun bagian barat. Ketika pulang ada 4 tukang parkir yang menyingkir dari bapak ini dan tidak meminta karcis. Ternyata ban belakang motor bapak ini gembos broo, apakah ini hanya kebetulan saja? Setelah bapak ini istirahat 15 menit ternyata ada 3 motor yang dituntun karena bannya gembos juga. Jleb..

image

Ada lagi yang mengeluhkan biaya parkir yang mahal. Untuk motor biayanya sampai Rp. 5.000 bro. Mantap sekali ya…

image

Ini juga sama dengan lokasi di stasiun Tugu biaya parkir Rp. 5.000… fiuh..

image

Yang ini malah lucu, aslinya Rp. 1.000 diganti sama tukang parkir jadi Rp. 2.000.

Perhatikan cetakan antara kedua karcis diatas. Kedua karcis diatas ternyata berbeda lho. Bukan pada nominalnya.

image

Yang terakhir semakin ngeri saja. Mas-mas ini sedang liburan ke Kebun Binatang gembira Loka dan parkir diluar dengan biaya Rp. 5.000 masnya baik jadi dimaklumi. Ternyata ketika keluar dari Bonbin, masnya tidak mendapati tukang parkir. Apesnya helm KYT di motornya raib entah kemana. Ckckck…

Semoga ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua dan tentu saja perhatian bagi pemerintah untuk menegakkan kebenaran. Jangan sampai oknum-oknum seperti ini merusak citra Kota yogyakarta yang berhati nyaman.

Mari Buktikan Iman Kita

“Sholat merupakan kebutuhan” Kalimat ini sering sekali kita dengarkan dan memang sudah saatnya kita renung dan amalkan. Beribadah kepada Allah itu jangan dianggap sebagai penggugur kewajiban, artinya ketika kita hidup itu butuh mengabdi seperti ketika kita butuh makan waktu lapar dan butuh istirahat ketika capek.

image

Saya terenyuh sekali melihat sebuah gambar yang dishare di facebook yang memperlihatkan seorang bapak penjual es krim sedang melaksanakan sholat di tengah tanah lapang. Penjual es krim ini bagi saya merupakan pukulan keras sekaligus bahan refleksi. Ditengah kesibukannya, bapak ini tetap menjalankan perintah Allah walaupun di tengah lapangan sekalipun.

Bagaimana kabar iman kita hari ini?

Saya teringat ketika pergantian malam tahun baru kemaren saya sedang perjalanan pulang dari Ungaran menuju desa saya di Gubug. Sepanjang perjalanan saya dapati kendaraan banyak sekali menuju Semarang, apalagi sampai Semarang jalannya macet cet padahal baru sekitar pukul 21.00. Perjalanan yang biasanya saya tempuh selama sekitar satu setengah jam, malam itu memakan waktu lebih dari dua jam. Banyak sekali muda mudi yang rela menanti pukul 00.00 hanya untuk melihat kembang api dan meniup terompet.

Apa agama mereka bukan islam? Entah..

Padahal iman itu tak hanya meyakini dalam hati, tapi juga diungkapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan. Semoga kita tidak termasuk yang suka menggombal, bilang cinta tapi tidak pernah mau membuktikan cintanya. Malu dong sama bapak penjual es krim ini.